HIV AIDS

|

HIV/AIDS

a. Definisi

AIDS (acquired Imunideficiency Syndrome) merupakan sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi akibat infeksi virus HIV (Human Imunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.5

b. Etiologi

HIV (Human Imunodeficiency Virus) adalah sejenis virus retrovirus RNA. Sel target virus ini terutama sel limfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus yang disebut CD4. Didalam sel limfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian, virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.5

c. Cara Penularan

Beberapa cara penularan virus HIV adalah sebagai berikut:

  1. Transmisi seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual.
  2. Transmisi non seksual, meliputi transmisi parenteral dengan penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lain yang telah terkontaminasi serta berasal dari produk darah.6
  3. Transmisi transplasental.

d. Patogenesis

Setelah HIV masuk kedalam tubuh, virus menuju kekelenjar limfe dan berada didalam sel dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrome retroviral akut disertai dengan viremia. Pada tubuh timbul respon imun humoral maupun seluler. Sindrom ini akan hilang dalam 1-3 minggu. Serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi dalam 1-3 bulan, dalam masa ini memasuki masa tanpa gejala dan terjadi penurunan bertahap CD4 (normal 800-1000sel/mm3) yang terjadi setelah replikasi persisten virus HIV.

e. Kriteria Diagnosis

Gejala mayor:5

  1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
  2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
  3. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
  5. Demensia/ensefalopati HIV.

Gejala minor:

Batuk menetap lebih dari 1 bulan.

  1. Dermatitis generalisata yang gatal.
  2. Herpes Zoster multisegemental dan atau berulang.
  3. Kandidiasis orofaringeal.
  4. Herpes simpleks kronis progresif.
  5. Limfadenopati generalisata.
  6. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Alogaritma diagnosis pada pasien HIV8



Pasien dengan HIV








Lesi fokal (-)



Th/sebagi toxoplasma selama 1-2 minggu

Serologi toxoplasma

(+)













Analisa LCS

Tidak ada perbaikan

Perbaikan

(-)

















Lab mikroba, CMV, EBV

Dx toxoplasma

Biopsi

(-) (+)


e. Infeksi Sistem Saraf Pusat Pada HIV

Infeksi HIV merupakan defisiensi imun yang didapat yang mengenai multisistem termasuk sistem saraf pusat yang mengenai 60% dari seluruh pasien AIDS. Infeksi yang mengenai SSP pada AIDS ada dua jenis; infeksi opportunis sekunder atas immunosupresi yang diinduksi oleh hilangnya immunitas sel-T, dan infeksi HIV langsung pada SSP. Kelaianan neurologi yang terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV meliputi:6

Berhubungan dengan infeksi HIV

Distal sensory peripheral neuropathy (DSPN)

HIV demensia (HAD)

Vacuolar myelopathy

HIV poliomielitis

Infeksi opportunistik

Toxiplasmosis

Cryptococcal meningitis

Tuberculosis- menigitis, abses, tuberculoma

Cytomegalovirus (CMV) ensefalitis, retinitis, lumbal radikulopati, vaskulitis perifer neuropati, PML (progessive multifocal leucoenchephalopathy)

Tumor

Limfoma primer pada SSP

Metastasi dari limfoma sistemik

Complikas dari pengobatan

Neuropati perifer

Mielopati

Neuropatologi

Mekanisme masuknya HIV ke SSP belum jelas, namun diduga sebagi sekunder terhadap viremia dan penetrasi endotel atau melalui transport monosit yang terinfeksi melalui sawar darah otak. Sekitar 30 % pasien asimtomatis seropositif HIV dengan biakan CSS positif HIV, kemungkinan virus menembus SSP pada awal perjalanan infeksi dan sering berada dalam keadaan asimtomatis.6

Saat ini sudah jelas bahwa infeksi HIV primer berakibat spektrum dari kelainan klinis SSP, meningitis, dan suatu demensia progresif yang disebut kompleks demensia AIDS (ADC).Dua jenis meningitis dapat terjadi pada infeksi HIV; sindroma febril akuta yang serupa dengan mononukleosis dalam beberapa hari atau minggu dari munculan HIV inisial dan meningitis aseptik disekitar saat serokonversi. Gejala meningitis berkaitan dengan pleositosis CSS mononuklir dan biakan CSS positif HIV pada 50 % pasien. Kedua keadaan ini self limited. 7

ADC adalah sindroma neurologis khas dengan kelainan kognisi, tampilan motor, dan tingkah laku. Gejala biasanya berupa kesulitan konsentrasi dan memori menuju demensia yang jelas dengan tingkat aurosal intak. Gerakan bergantian cepat yang melambat, hiperrefleksia, dan tanda-tanda lepasan frontal biasanya dijumpai pada pemeriksaan, dengan imbalans, ataksia, dan kelemahan aksial menjadi prominen pada tingkat penyakit yang lebih parah. Tingkat akhir ADC mendekati vegetatif dengan pandangan kosong, paraparesis, dan inkontinens. Gambaran ADC adalah khas demensia subkortikal seperti gangguan kognitif yang tampak pada kelainan Parkinson dan Huntington. Ada dan beratnya ADC paralel dengan beratnya kelainan sistemik pasien AIDS.7

Sel SSP yang dipastikan memperlihatkan antigen HIV 1 hanya makrofag, mikroglia, dan sel raksasa multinuklir. Demielinasi dengan tiadanya perubahan inflamatori (leukoensefalopati), seperti juga mielopati vakuoler, juga umum dijumpai. Tiadanya infeksi sitolitik dari sel saraf, oligodendrosit, dan astrosit memusatkan perhatian pada kemungkinan peran mekanisme indirek pada disfungsi otak berhubungan baik dengan virus maupun dengan toksin 'cellcoded'.6

f. Penatalaksanaan

1. Pengobatan suportif, yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan umum pasien, meliputi perbaikan gizi, obat sistemik, serta vitamin.

2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker.

3. Pengobatan antiretroviral (ARV) meliputi nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nukleotida revers transkriptase inhibitor, non-nukleoside revers transkripatse inhibitor dan inhibitor protease.5

DASAR DIAGNOSIS KLINIS

Pada pasien ini didapatkan gambaran klinis berupa sefalgia, demam hilang timbul, dermatitis generalisata, tanda defisit neurologis berupa gangguan fungsi luhur, hemiparese dekstra, timbulnya refleks patologis adanya refleks primitif.

DASAR DIAGNOSIS TOPIK

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan kecurigaan lokasi lesi terdapat pada kedua hemisfer serebri, dan serebeli karena didapatkan adanya kelainan neurologis pada kedua sisi tubuh, serta berdasarkan pemeriksaan MRI didapatkan adanya multipel abses pada kedua hemisfer serebri et serebeli.

DASAR DIAGNOSIS ETIOLOGIK

Sesuai dengan kesimpulan dari diagnosis klinis dan topis maka yang paling tepat sebagai etiologi adalah adanya SOL di kedua hemisfer, selanjutnya dengan pemeriksaan CT Scan, MRI dan Serologi didapatkan adanya multipel abses dan juga pada pemeriksaan serologis didapatkan HIV (+). Adanya multipel abses pada pasien ini diduga disebabkan oleh infeksi toxoplasmosis yang menyerang SSP, karena sesuai dengan gambaran MRI tentang toxoplasmosis yaitu adanya multipel lesi, dengan nekrosis sentral dengan gambaran ring enhancement, perifokal edem, dan efek massa serta adanya corpus calosum enhancement. Serta gejala yang sesuai yaitu nyeri kepala, defisit neurologis fokal seperti hemiparese serta adanya gangguan status mental.

DASAR DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding pasien ini difikirkan sebagai multipel abses pada HIV yang disebabkan oleh Tubesculosis, karena abses pada tuberculoma juga terdapat multipel abses, dengan gambaran abses yang lebih kecil dengan ukuran 1-2 mm, serta efek massa yang minimal. Namun pada pasien ini didapatkan adanya gejala infeksi tuberkulosis pada paru, yaitu tidak adanya batuk-batuk yang lama dan pada pemeriksaan fisik paru tidak didapatkan kelaianan serta pada hasil MRI didapatkan ukuran yang lebih besar dan efek massa (+).

DAFTAR PUSTAKA

  1. John RM. A, B, Cs of Brain Tumors- From their Biology to their treatment. http://www.brain-surgery.com [ diakses tanggal 18 Januari 2009].
  2. Saanin S. Tumor Intra Kranial. http://www.neurosurgery.com [ diakses tanggal 20 Januari 2009]
  3. Komaludin MT. Abses Otak. Cermin Dunia Kedokteran 1993. Vol 89:25-29.
  4. Mardjono, M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 1996.
  5. Djoerban Z & Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2006.182-9.
  6. Manji, Miller. The Neurology of HIV Infection. J Neural Neurosurg Psychiatry 2004. http://www.jnpp.bmj.com [diakses 22 Januari 2009]
  7. Ghoufari et al. HIV-1 associated Dementia: symptom and causes.J Retrovirology 2006. http://www.biomed.com [ diakses 21 Januari 2009]
  8. Verma, A. Infections of The Nervous System, Neurological Manifestations of Human Imunodeficiency Virus Infection in Adults. In Neurology in Clinical Practice, fifth edition. Bradley et al (editor). Boston: Butterworth. 2000; 1529-41.

0 komentar:

Posting Komentar